Jumat, Desember 30, 2011

Foto itu...



Di satu hari, gue sedang beres – beres kamar dan gue menemukan sebuah foto. Foto pas gue masih kecil dan lucu (gue pas kecil lucu banget loh, pas udah gede gue kayak babon yang mukanya abis diseruduk kambing) yang berumur 3-5 tahunan sedang berdiri di deket kasur sebuah hotel.
First thing sebagai anak yang selalu mengingat masa lalu, gue pasti ngerasa kangen masa lalu. Lalu biasanya diikuti dengan bengong dan membayangi kenangan – kenangan indah dalam hidup yang pernah gue alami.

Gue mengingat kejadian – kejadian masa kecil dahulu. Duduk di stasiun Cawang dengan bokap hampir setiap jam 10 malam dengan tujuan ngeliatin kereta lewat, pergi ke Bromo dan Jogja dengan kereta, bercita – cita jadi masinis kereta (karena gue hampir tiap hari liat kereta), ngedengerin lagu tasya tiap kali gue mau tidur, ngeliatin tante gue maen Mortal Combat setiap kali dia ngejaga gue pas kecil (tante gue itu macho banget), dan lain sebagainya.

Mengingat masa lalu itu indahnya make banget, bikin kangen, bikin sedih tetapi kadang kita bisa mempelajari banyak hal dan masa lalu itu.
Dan inilah gue. Manusia gila berumur 16 tahun yang kerjaannya makan ikan balita dan ayam goreng dan kadang sok pinter. Mem-flashback ingatan gue tadi, gue menyadari bahwa gue berubah. Berubah banget.
Perjalanan hidup gue sudah 16 tahun. Banyak banget kenangan dan kejadian yang telah gue alami. Mungkin jalan tol Jagorawi ga cukup buat nampung kenangan – kenangan manis itu.

All my life changing everyday in every possible way. (The Cranberries – Dreams)

Dan inilah kenapa gue sering posting tentang masa lalu. Karena mereka begitu indah. Dulu kita mempunyai mimpi. Mimpi yang hanya sebatas untuk dibayangkan tanpa usaha untuk meraihnya. Sekarang tugas kita adalah mewujudkan setiap mimpi – mimpi indah yang masih mungkin kita gapai.

Gue sudah besar. Gue harus bisa berpikir dewasa. Gue harus berubah. Gue harus menjadi yang lebih baik daripada gue yang dulu. Dan inilah gue, manusia yang sedang berusaha mewujudkan setiap mimpinya.

You may say I’m a dreamer. But I’m not the only one. (John Lennon – Imagine)

I'm On My Way

Just take a look through my eyes.
There's a better place somewhere out there.
Just take a look through my eyes.
 Everything changes, you'll be amazed what you'll find…if you look through my eyes…

Lagu Phil Collins – Take a look through my eyes masih mengalun di telinga gue. Gue sedang duduk di kereta dengan 2 temen gue. Kita lagi on the way pulang dari Jakarta setelah seharian maen bareng temen – temen gue.

Dari hari itu, gue bingung mau ambil kenangan apa karena sepanjang perjalanan, gue ditelantarkan sendirian. Tetapi hukum alam mengatakan bahwa di suatu kejadian, pasti ada hikmah yang dapat kita ambil.
Di trip ini ada 3 couple pacaran, 2 couple of friends, dan 1 anak terpuruk. Dan anak terpuruk itu adalah gue.
Selama di perjalanan gue cuma bisa diem, salah tingkah, dan satu yang pasti, galau. Entah kenapa di perajalanan ini gue males banget buat ngomong. Lagu di hp gue menjadi temen paling deket selama perjalanan ini.

Kisah ini dimulai di pagi hari. Gue sebenernya ga telat bangun dan ga telat berangkat. Cuma karena bis yang gue tumpangi ngetem lama banget dan di daerah Sempur macetnya banget. Akhirnya dari Sempur ke Stasiun Bogor gue jalan.
Di stasiun gue kalang kabut. Bukan karena gue gapunya uang, dan bukan karena gue gapernah naek kereta. Tapi karena gue ngaret dan kereta berangkat bentar lagi. Akhirnya setelah gue nyari temen – temen gue, kita berangkat.
Kita turun di Stasiun Djuanda karena ini bukan kereta express dan saat itu commuter line belom ada. Dari Djuanda kita jalan kaki menuju Monas.

Seperti yang tadi gue bilang, gue cuma diem dan salah tingkah. Kadang rasa males menyambut begitu saja mengingat kita sampe Monas jam 12an dan saat itu Monas penuh dan sumpek.
Setelah keliling – keliling ga jelas di monas, kita shalat dulu di Istiqlal dan pergi ke 7 eleven di deket GI (jauh banget emang). After that, go home.

Kita pergi ke stasiun kota di ujung jakarta dan naek kereta dari situ. Gue, Marini, dan Dyah naek kereta express. Vivi, Azmi, Lusi, Zehan dan lainnya naek kereta ekonomi. Ihsan dan Husna udah duluan karena keperluan Husna.

Dan itulah, selama perjalanan pulang gue ditemani lagu – lagu Phil Collins karena gue suka dia sejak TK. Gue bercerita ke Dyah dan Marini tentang hari ini. Paling tidak, gue ada temen buat cerita di hari itu. Galau dan bingung adalah apa yang ada di pikiran gue sejak di monas karena gue ada tugas membuat sebuah bagan yang di-frame dan gue baru melakukan itu tadi pagi sebelom pergi.

Akhirnya gue sampe rumah sekitar jam 8an. Gue langsung ngerjain tugas gue dan beres – beres. Selesailah hari ini.

Tell everybody I’m on my way
And I’m loving every step I take
With the sun beating down, yes I’m on my way
And I can’t keep this smile off my face.

(On my way - Phil Collins)

Jumat, Desember 09, 2011

New Guy



Di satu hari ketika gue sedang menduduki bangku kelas 10, gue punya temen baru. Kebetulan kita kenal karena dia tetangga barunya temen gue, Anto. Dia anaknya tinggi, kurus, pake kacamata, ganteng, rambutnya ikal yang kalo panjang jadi ngegembung kayak balon. Namanya Reni.
Belakangan ini, gue menyadari ada hal yang unik dari dia.

Di hari gue kenalan sama dia, gue lagi maen sama Anto, Rizal, Vanya, dan Christie. Kebetulan, itu juga pertama kali dia ketemu dengan Vanya. Ketika salaman dengan Vanya, dia diem. Ga ngedip, ga nengok kanan kiri. Dia fokus kepada Vanya.
 5 menit kemudian, dia nyamperin gue dan ngomong singkat.
                “Gue suka Vanya.”
Gue diem. Gue bingung. Baru 5 menit dia ketemu dan ngeliatin Vanya. Trus dia udah curhat kalau dia suka sama Vanya ke gue yang kebetulan baru kenal juga. Akhirnya gue cerita hal ini ke Anto yang udah semingguan bertetangga dengan dia. Anto cerita kalo dia emang unik.

1 minggu berlalu, dan gue maen lagi dengan Reni.
Hari itu, kita niatnya ke Botani square. Gue yang emang pulang sekolah, langsung aja pergi ke Botani Square sementara Anto, Christie, Reni, dan Vanya naek mobil dari rumah Anto.
Ternyata Reni bener – bener polos. Dia gapernah liat XXI, IT center, Bread Talk, dan D’Crepes. Di IT Center, dia pergi ke BB center dan mesen 1 hp. Gue malu abis karena dia emang unik, polos, dan norak banget. Untungnya Anto bisa mengambil alih keadaan.

Balik ke mobil. Anto yang nyetir, Christie di depan nemenin Anto, sementara gue, Vanya dan Reni di belakang. Ditemani lagu Coldplay – In my place dari radio mobil Anto yang kebetulan kesukaan Christie, kita berlima pulang.
Gue duduk di pinggir kiri, Vanya di tengah, dan Reni di pinggir kanan. Ketika suasana hening, Reni membuka mulutnya dan berkata singkat, tapi bermakna.
                “Gue suka Vanya.”
Kata yang pernah gue denger itu keluar lagi dan dari orang yang sama. Bedanya, kali ini suaranya lebih keras dan lebih terdengar.
Gue diem, Christie diem, Anto diem, dan Vanya sendiri terdiam. Kita heran, kaget, dan speechless. Reni masih terlihat santai sambil nyender di jok mobil. Akhirnya kita speechless sepanjang jalan.

3 hari setelah kejadian itu, kita dapet berita penting kalo Reni lagi dirawat di rumah sakit karena paru – paru basah. Gue, Christie, Anto, Rizal, dan Vanya menjenguk Reni. Akhirnya ibunya ngejelasin kalo dia emang cacat secara mental. Gue memaklumi. Manusia tidak diciptakan untuk menjadi manusia yang benar – benar sempurna.
Setelah berdiskusi sekian lama, kita berlima pulang. Vanya yang biasanya cerewet setengah mampus dan jaim sekarang speechless cengo. Selidik demi selidik, dia masih shock.

In the end, gue berkata kepada diri sendiri. Manusia tidaklah diciptakan untuk menjadi manusia sempurna. Melainkan manusia yang hampir sempurna. Setiap manusia diciptakan dengan kekurangannya masing – masing. Dan itulah kenapa kita diciptakan untuk menghargai, mensyukuri, dan berterimakasih atas segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.

Kamis, Desember 01, 2011

In the Middle of the Rain



One time, gue sedang berada di J.co Botani Square, Bogor. Gue ditemani oleh 3 orang teman. Namanya Christie, Rizal, dan Vanya. Merekalah yang mentraktir gue donat dan kopi. Setelah 15 menit berada di sana, Rizal diajakin pacarnya pergi dan Christie harus pulang. Tersisalah gue dan Vanya.

Sebelum gue lanjut cerita, gue mau gambarin sedikit tentang Vanya.

Vanya itu tipikal manusia yang care, unyu, baik, dan suka mentraktir. Dia juga talkative dan jaim (jaga image). Sekarang dia kerja di sebuah Event Organizer. Di cerita ini, dia lagi ngambil cuti.
Dia manusia yang tinggi dan berbadan sedang (mean, ga kurus ataupun gendut). Rambutnya hitam legam sebahu. Suka banget sama Phil Collins, The Carpenters, Coldplay, dan Bruno Mars.
Baju T-shirt putih, cardigan warna gelap, jeans, dan sepatu kets putih adalah ciri khas pakaian Vanya. Kalo misalnya dia ga make sepatu, pasti bete berat. Makanya dia punya lebih dari 10 pasang sepatu kets.

Back to story.
Di J.Co, gue ditinggal berdua dengan Vanya. Mungkin kalo sutradara lewat, dia bakal ngambil kita berdua buat casting Beauty and The Beast. Mungkin kalo sutradara yang Indonesia tulen bakal bikin cerita Agnes monica and Hanoman.
Kita ngobrol banyak banget. Dari mulai kehidupan dia, kehidupan gue, coklat, makanan, sampe berat badan. Dia juga cerita kalo dia punya temen arab yang mirip kayak gue. Dia cerita kalo orang itu ngebuat dia kangen sama gue.
Setengah jam kita ngobrol tapi ujan tetep belom reda. Sick of waiting, kita ngider keliling Botani. First, kita ke XXI. Pas udah nyampe XXI, gue baru nyadar kalo udah jam 5 sore. Akhirnya kita ke Giant. Belanja.

Puas dengan berbelanja, kita pulang. Dan hujan tak menandakan bahwa ia sudah reda. Masih hujan deras. Akhirnya kita menerobos hujan yang mengguyur. Kita berdua masuk ke mobil Vanya, dan go home.
Sampai di tol, Vanya bingung karena jarak pandang pendek banget. Akhirnya kita ke rest area sentul untuk istirahat.

Vanya pernah cerita ke gue tentang hubungan dia dengan seseorang bernama Adam. Seperti ini, suasana sedang hujan deras, sedang di mobil dan beristirahat di rest area sentul. Kebetulan, tempat parkir yang sama.
Saat itu, Vanya sedang memperhatikan seorang Adam yang tengah bersandar di jok dan tidur. Vanya tak bisa berhenti tersenyum saat itu. Vanya tak bisa melepaskan pandangannya dari Adam. Entah sudah berapa kali dia bilang kepada dirinya sendiri kalo dia begitu beruntung berada di mobil itu.
Hubungan Adam dan Vanya hanya bertahan 2 minggu karena Adam merasa bosan dengan Vanya. Vanya hanya bisa merelakan Adam dan pergi meninggalkannya.

Seperti saat ini, Vanya sedang bersandar dan menutup matanya seperti yang dilakukan Adam dulu sementara gue asik dengan iPod gue. Sesekali gue melihat Vanya, ia tersenyum manis. Harus gue akui kalo dia senyum emang manis banget.
Di dalam pikirannya gue tau kalo dia emang lagi remembering about Adam. Tapi dia ga cerita ke gue. Cuma ngeliatin hujan yang masih deras di kaca mobilnya.

After a long time in rest area, kita pergi karena hujan emang udah sedikit reda dan jarak pandang sudah dalam jangkauan normal Vanya.

Vanya juga pernah cerita kalo yang namanya cinta itu susah banget buat dilupakan. Seperti saat ini. Kebetulan di saat yang sama. Hujan, rest area, tempat parkir yang sama. A great déjà vu. Perjuangan melawan kenangan manis yang memaksa untuk diingat kembali emang merupakan masa kritis.
Bahkan sampai saat ini, Vanya tak bisa melepaskan 100% ingatan tentang Adam di pikirannya. Dan begitu juga gue yang tak bisa melepaskan kenangan manis dengan orang yang gue suka setengah mampus.
“Great love always exist in our life.” – Vanya Rena Pratiwi

Kamis, Oktober 13, 2011

First Love Part. 2



Setelah dikekang 1 tahun berpisah kelas di kelas 8 (2 SMP). Gue dan Andine dipertemukan kembali di kelas 9 (3 SMP). Di kelas 9 ini, penghuni kelas dikembalikan layaknya kelas 1 dahulu. Dan saat itu, ada beberapa best moment.

First, saat beberapa minggu setelah masuk sekolah, datanglah bulan Ramadhan. At the time, beberapa anak kelas termasuk Andine mengadakan nonton bareng dan gue ikut. Saat itu merupakan salah satu saat paling “wow” karena gue bisa kumpul bareng temen, dan tentu saja Andine.
Ketika pulang, suasana gelap. Hanya kerlipan bintang dan lampu – lampu di sepanjang jalan menghiasi suasana kota Bogor. Gue dan anak – anak lainnya berpulang ke rumah masing – masing. Kebetulan, gue dan Andine searah. Biarpun sebentar, paling tidak gue bisa melihat wajahnya yang cerah.

Second, saat ingin melaksanakan UN. Di saat – saat itu, beberapa anak angkatan gue membentuk sebuah grup belajar. Dan gue termasuk orang yang membuat grup belajar. Di tengah – tengah kesibukan kita, Andine ikut dengan grup belajar yang gue ikuti. Semangat gue berkoar. Hasilnya memuaskan pada saat UN.

Last, the end of the Junior High School. Di saat perpisahan, gue tidak merasa asing. Dan satu hal, menjadi fotografer sangatlah menyenangkan. You got respect a lot. I feel happy karena menghabiskan satu hari di Bandung dan selama perjalanan, gue bertemu dia. FYI, di satu album itu, foto paling banyak adalah foto dia.

Setelah itu, semua berlalu…
Saat ini, 2 tahun setelah gue berpisah dari SMP, setelah menyimpan ribuan kenangan indah dengannya, I still can’t let her go from my mind.
She’s my biggest love.

Rabu, Oktober 12, 2011

First Love Part. 1



Di setiap perjalanan, pasti ada tujuan, proses, dan akhir.
Sekarang, gue bakal cerita tentang perjalanan. Tapi ini bukan perjalanan mudik, pulang kampung, ato mungkin gue mau pergi ke mall. Bukan. It is a travel about love.

Saat kelas 1 SMP dulu, gue punya temen bernama Andine Notonegoro. Dia satu kelas dengan gue. Ketika pertama kali tahu, gue merasa dia hanyalah perempuan biasa seperti yang lainnya. Lama kelamaan, hal itu berubah. Change happened. Seiring waktu, gue mulai memperhatikan dia secara perlahan dan akhirnya gue menyadarinya. Dia merupakan anak yang cantik, baik, dan pintar pula. She better than what did I know.
Secara fisik, gue dan Andine kebanting abis. Jangan tanya, pokoke kebanting abis. Gue dan dia diibaratkan burung kasuari dan tikus tanah. Ini menjadi salah satu penghalang kesuksesan gue.

Di satu hari, ada pelajaran tata boga. Yak, itu pelajaran masak memasak. Dengan skill memasak gue, gue bisa meledakkan satu sekolah dengan hanya hitungan detik. Hari itu, kita membuat sebuah kue dari coklat yang dilelehkan.
Saat itu, gue memegang sebuah coklat putih. Andine dan temen – temen satu kelompoknya sedang berkumpul dan bercanda. Beberapa detik kemudian, Andine lewat di depan gue.
“Bal, gue minta coklatnya dong.” Andine nyeletuk
“Hah? Oh… Bentar, gue tanya dulu temen gue. Takutnya masih butuh.” Gue membalas.
“Oh, oke… Gapapa kok.”
Sebetulnya gue ngomong dengan penuh keasalan. Pas gue liatin kelompok gue, mereka lagi pada makan. Coklat di kelompok gue emang kelebihan, jadi banyak dimintain. Akhirnya gue mengumpulkan keberanian dan memberikan sisa coklat itu kepada Andine. Saat itu, gue nyengir ga karuan karena seneng. Gue ngerasa lebih pede.

Di pertengahan bulan puasa, Gue, Gendro, Indri, Andine, Syifa, dan Prima mengadakan buka bareng. Saat itu, yang telat cuma Gendro. First, kita janjian di Hero jalan padjajaran dulu (sekarang menjadi giant), lalu baru pergi menuju tempat makan tersebut.
Hari itu gue bersyukur banget bisa buka bareng sama dia. Itu pertama kalinya gue mengadakan acara sendiri tanpa ditemani orang tua. Betul aja, gue ngerasa seneng banget karena bisa jalan bareng sama dia.

One day, gue menemukan sebuah trend baru. Yaitu friendster. Yak, itu emang dulu banget. Gue juga masih bocah ingusan dan belom ngerti apa – apa. Karena sulitnya akses internet di rumah gue, gue masih gatau cara bikin friendster dan ga ngerti apa – apa tentang friendster.
Akhirnya gue bertanya sama Andine tentang friendster. Setelah menjelaskan, gue meminta dia untuk membuatkan gue sebuah akun friendster dengan e-mail yang gue punya saat itu.
Ternyata Andine antusias banget dan membuatkan gue sebuah akun. And it happened. Gue senyum seharian. Hal yang membuat gue takut: Dikira orang gila karena senyum terus. Sayang, karena keterbatasan akses internet, gue ga bisa membukanya.
Setelah sekian lama, gue akhirnya memutuskan untuk membuat akun friendster baru. Dengan bantuan Andine, semuanya jadi jelas dan lancar. Dan dia adalah temen pertama gue dan orang yang memberikan comment pertama.

Ketika awal kelas 2 SMP, gue dan dia tidak sedekat kelas 1 dulu. Kita sibuk dengan kelas baru kita. And then, life go on.
We’re  moving and keep moving by our own step. Walk by our own feet and sleep with our own dream and not for each other.

Senin, Oktober 03, 2011

Learn to Lead. Learn to Live Together. Part. 2



A new day come.
Di malam yang cerah sekitar jam 1 pagi, kita dibangunkan dengan paksa dan ribut. Sebenarnya, 15 menit sebelum mereka membuat ribut barak, gue udah bangun. So, I’m prepared.
Di bawah kerlipan bintang dan langit yang gelap, kita kumpul di lapangan. Persiapan untuk Jurit Malem. Just like tafakur alam. Karena kelompok gue kelompok terakhir, and it is. We’re last.
Sambil menunggu giliran, gue menghangatkan diri karena hawanya dingin sejuk dan berangin. Satu hal yang pasti, bintang terlihat lebih jelas, lebih banyak, dan lebih indah daripada biasanya. Inilah keanehan gue. Sempet – sempetnya galau di saat – saat genting (bukan genting rumah).
Setelah sekian lama, giliran kita maju.

Jurit malem. Post 1: Kita belajar tentang etika kepemimpinan. Disitu ada gue yang kelaperan dan galau. (kayaknya ga penting amat yah) Ketika di post ini, kita disuruh makan jahe dari kalung empeng kita.
Jurit malem. Post 2: Kita belajar tentang keberanian yang didasari oleh pikiran. So, don’t be to rush for something. Disitu kita harus mencari korek yang berada di lemari di sebuah gubuk yang gelap tanpa pencahayaan. Raysa memberanikan diri untuk turun, akhirnya dia ga jadi karena desakan kelompok. Disitu pula, kita diberi makan pete.
Jurit malem. Post 3: Kita belajar tentang kepempinan yang didasari ketuhanan. God we save karena nothing happen too much. Kita cuma disuruh makan bawang setengah siung.
Jurit malem. Post 4: Post yang paling tegang karena kita dituntut solidaritas yang bener – bener klop. Salah sedikit, panjang ceritanya. And, kita disuruh makan pare. AGAIN. Kyaaaaaa.
Jurit malem. Post 5: Post ini adalah post terakhir. Kita dituntut untuk menjalani OSIS dan MPK dengan benar. God we save again karena ga disuruh makan apapun.

Setelah jurit malem, saatnya shalat shubuh. And after that, campfire post. Relaxation. Finally. I can breathe just like normal man again. Beruntung banget di post – post tegang tadi penyakit jantung, ginjal, maag, dan sinus gue ga ada yang kambuh. Phew. Paling tidak, saat jurit malem, suasananya enak banget. Dingin sejuk, indah, alamnya bagus banget.
Di post api unggun, kita melakukan pendinginan (meskipun api unggun itu panas). Kita semua berkumpul mengitari api unggun, dan mengakhiri semua kegiatan tegang tadi.


Bangga menjadi yang paling tinggi.















Ada juga sesi curhat yang mana post paling serem dan baik, dan mana kakak yang paking baik. Karena ga ditanya, mari gue beberkan di post ini.
Post paling baik: Post 3 dan 5.
Post paling serem: Post 4.
Kaka paling baek: Teh Rinda
Kaka paling serem: A mangap (jujur, gue gatau namanya tapi sebutannya a mangap).

Di saat pendinginan, ada teh Sarah yang rupanya sedang berulang tahun. Happy birthday teh Sarah Carerra. Best wishes for you.
Kado dari Azrina: Bawang




















Tak ada lilin, api unggun pun jadi






















Done with campfire, kita kembali ke barak buat sarapan. This is the breakfast: Super bubur tawar + Sun bubur bayi + kacang ijo yang diduga setengah mateng. Damn it’s better than before.
Setelah sarapan, menjadi penampakan dibalik subjek foto ini.






















Setelah sarapan, kita ada games. A lot of games.
Foto ketika jalan menuju tempat games. Pemandangannya Indah. Can you find me?

Berenang. Gue di belakang dengan tampang yang gapernah ganteng










 
























Galau and pose in the middle of mud






















After games, kita disuruh nyari baju LDK OSIS MPK yang disembunyikan. Gue dan Dan Sulaiman ga bisa nemu karena tempatnya entah dimana. Tapi akhirnya Teh Ebet memberikan bajunya ke gue dan Dan. Thanks to Teh Ebetos. Oya, Andhiki dan Ghasani tidak bisa menemukan baju mereka. It a sign.
Siapakah dibalik baju ini?





















Setelah itu, kita kembali ke barak untuk persiapan pulang. Andhiki dan Ghasani masih galau tentang baju, dan Ghasani menderita tegang otot.
You must be Strong, Ghasani. Keep spirited



















Before going home, ada sedikit upacara penutupan dan pelantikan Andhiki dan Ghasani sebagai Ketua MPK dan Ketua OSIS. Congratulation for both of you.
Duo Ketua





















And this is the end of this post and the end of the great journey.
A great experience. Once in my life.
The End. Photo together. Can you find me?

Learn to Lead. Learn to Live Together. Part. 1



What do you know about leading?
Make the other people follow behind you so that you can order you followers without limit? No. Not that. Leading is not just to order your followers. It takes more than that.
One more thing. Bagi yang tidak mengerti, bukalah google translate ato kamus.

Okay, tanggal 24 September 2011 kemaren, gue ada acara LDK dari sekolah gue untuk calon OSIS dan MPK. Dan inilah inti cerita gue.

Jauh sebelum LDK. Kira kira 604.800 detik sebelum LDK, kita melakukan persiapan sebelum LDK. Gue dapet kelompok yang “lumayan”. Gue masuk di kelompok 10 and here it is:

Andhiki: Calon ketua MPK yang berhasil menjadi ketua MPK. Entah karena emang bagus ato karena asal milih.
Raysa: A cheerleader girl. Anak OSIS yang udah lebih dulu menjadi OSIS sebelom gue.
Farah: Entah anak siapa dan jenis apa. Dia adalah biggest girl di kelompok gue.
Asri: Anak kelas 10 (1 SMA). Newbie. Entah OSIS or MPK
Amira: Anak kelas 10 yang merupakan korban sinetron dengan nama orang sinetron. Cheerleader girl, anak Padma (Theatre), dan MPK.
Risa: Merpati putih girl. Sering dimirip – miripin sama limbad. MPK girl.
Fajrin: Newbie boy, MPK, dan basketball boy. Dia masuk SMAN 3 karena Jalur prestasi basket.
Iqbal: Ini adalah gue. Anak paling ganteng dikalangan makhluk – makhluk di Ragunan. Sering dimirip – miripin sama jempol kaki Bruno Mars.

That’s it.

Next, nama kelompok gue adalah Ban-Ki-Moon. Dia adalah korean yang menjadi Sekjen PBB. Mungkin dialah penyebab maraknya korean pop.
Ban Ki Moon. Sekjen PBB. Korean Boy









Di masa menjelang LDK, segalanya terlihat begitu riweuh. Tugas yang diberikan pada H-2, measalah keuangan, masalah sekolah, masalah muka gue yang ga pernah ganteng, dll. Dan puncaknya adalah saat H-1. Itu adalah pengorbanan terbesar gue dimana flashdisk, charger laptop, duit, tenaga, dan muka ganteng gue hilang.

Hari H dateng. Jam 4 pagi gue bangun, mandi, makan, minum, shalat, prepare, dan pergi. Di jalan, gue baru nyadar kalo charger laptop ga ada di rumah. Bokap gue yang tau akan hal itu langsung ngambek. Setelah sampe sekolah kira – kira jam setengah 6, gue langsung mencari OB karena kunci kelas ada di mereka. Hasilnya: Nihil.
Kemarahan bokap tak kunjung mereda. Bahkan, di satu waktu nyokap gue jadi korban. Disitu gue merinding kebingungan. Gue memutar otak buat mengembalikan charger laptop.
Setelah sekian lama, OB datang dan gue menemukan charger laptop. One problem solved. Time to focus on LDK.

At LDK. First, kita ke Gunung Bunder naek truk militer. When arrive, truk dipukuli entah dengan bambu, besi ato mungkin kepala mereka sendiri. Pokoke, berisik. Then, kita semua disuruh jalan jongkok menuju lapangan. And then, LDK begin.

Setelah menuju barak, kita makan, istirahat, and have fun. Setelah itu, ada tafakur alam. Karena gue kelompok 10, jadi kita kebagian yang paling akhir.
Amira yang sedang ngasih lilin dan gue diem dengan muka yang ga pernah ganteng











Tafakur alam. Post 1: We learn about communication. Communication is the most important thing in organization. Setelah diberi amanat untuk disampaikan ke pos 3, we go to post 2.
Tafakur alam. Post 2: We learn about honesty, and leadership. After that, kita dapet sebuah “amanat” untuk “menyanyi”. Gue udah berpikir ga enak karena gue rasa ini lagu yang ga bener. Ketika gue pengen interupsi, kita udah disuruh jalan duluan. Too late.
Tafakur alam. Post 3: We learn about instruction. We must choose between good instruction and bad instruction. Okay, di post ini gue disuruh makan pare dimana pare yg gue makan nyangkut di tenggorokan. Damn it’s crazy. Pahit, gede, dan nyangkut di tenggorokan. Rasanya seperti diputusin pacar. Tawa yang meledak terjadi di pos ini. Dan itu karena ekspresi gue. Ouch.
Tafakur alam. Post 4: We learn about finance. Nothing happens a lot in this post. Kita cuma dikasih tahu mentah sama pare sedikit.
Tafakur alam. Post 5: We learn about Work Program. Yah, it’s happen just like that. Gue bingung karena kita rembukan hanya 1 menit dan karena gue merupakan newbie, gue cuma bisa nurut aja.

And tafakur alam is done.

Malemnya, kita ada pengajian, “makan” dan curhat sedikit. Ketika sesi curhat, Azrina, Velda, dan Ghasani merupakan orang paling ribut yang kagetan. Sick. After that, kita tidur... End of this day.

Selasa, Agustus 23, 2011

Taking care of a child



Gue pernah berpikir tentang merawat seorang anak. Dan apa yang gue pikirkan pernah terjadi. Sayangnya, tak berjalan dengan baik.

Tahun 2008 lalu, gue masih merupakan bocah ingusan (sekarang juga sih…) yang duduk di bangku kelas 2 SMP. Gue, Anto, dan Dina sedang berencana maen ke rumah Vina. Saat itu, gue sedang liburan sekolah. Gue berangkat jam 8 dari rumah dan sampe di rumah Vina jam 8:30. Dan ternyata gue dateng paling siang.

Ketika kita maen, Vina kedatangan tamu. Tantenya yang dari Jawa dateng berkunjung. Mereka masuk dan ngobrol dengan keluarga Vina. Saat itu gue sedang nonton dvd bertiga dengan Anto dan Dina, lalu Vina ngetok pintu kamar, masuk kamar, ngeluarin gergaji mesin dan memotong kita bertiga. Oke, itu hanya bercanda.
Ternyata pas Vina masuk ke kamar, dia bawa keponakan laki –lakinya yang masih kecil dan baru berusia 5 tahun. Namanya Eza. Yang lebih menghebohkan, anak kecil itu membawa anjing Siberian Husky yang masih kecil, ukurannya juga ga beda jauh sama anak kecil itu.
Vina cerita kalo anak itu pengen banget maen sama kita. 1 hal yang kita berempat gatau: Anak kecil itu bandel parah. Gue, Anto, dan Dina melanjutkan nonton dvd, tiba – tiba Eza diem di depan tipi dan ngeliatin kita bertiga. Setelah 10 detik ngeliatin kita, dia berbalik dan matiin tipinya dengan botol susu bayi di mulutnya.
Gue, Anto dan Dina masih diem. 2 detik kemudian, Anto berkata, “Monyet lu” kepada anak kecil itu. Vina malah cekikikan kayak orang ketawa abis keselek kulit duren.

Ga lama kemudian, Kita berlima dan satu anjing turun ke lantai bawah. Tenyata, tantenya itu mengajak kita berlima pergi ke Botani Square.
JEGER.
Gue dan Vina saling tatap menatap, Anto bengong, Dina dimakan Anjing tersebut. Oh tidak, Dina malah ngambil cemilan yang ada di ruang tamu. Antiklimaks.

Sesaat kemudian, kita berlima berada di dalam mobil Tante tersebut. Anjingnya ditinggal bersama Ibunya Vina di rumah Vina. Tante tersebut menyetir dan disebelahnya ada Anto (dia duduk di depan karena badannya paling gede. Gue, Vina, dan Dina duduk dibelakang dan Eza dipangku Vina.
Di jalan, Dina tidur, Vina kesakitan karena dia diduduki Eza, Gue kejepit di pojok kanan mobil, dan Eza maenin botol susunya. Ternyata eh ternyata, tutup botol susu itu lepas dan susunya mengenai celana Gue, Vina, dan Dina. Gue dan Vina diem nahan amarah sementara Dina masih tidur.

10 menit kemudian, kita sampai di Botani. Kita langsung menuju Solaria dan makan (yaiyalah. Mana bisa di Solaria kita nonton?).
Ga lama kemudian, Eza mulai bertingkah. Dia minta ke kamar mandi. Terpaksa gue nganterin. Di kamar mandi, dia Buang Aer Besar. 5 menit gue tungguin, dia belom selese. Akhirnya karena penasaran, gue masuk ke toilet yang dia tempati dan terpampang dia ga pake celana dan semprotan aer di tangannya. Matanya kosong, mulutnya nganga, dan secara spontan dia menyemprot gue dengan semprotan aernya itu.
“SETAAAAAAN. GUE BASAH, MONYET.”
Eza masih diem. Lalu dia gue pakein celana dan mem-flush WCnya.
Ketika gue selese pakein dia celana, dia menggenggam tangan gue dan gue dicakarnya. Gue diem, mencoba bersabar. Lalu kita balik ke Solaria, dan makan.

Setelah dari Solaria, kita berhenti di J.Co. Tantenya Vina membeli 2 lusin donat untuk dibawa pulang, sementara kita berlima duduk diam di depan J.Co. Eza keliling – keliling ga bisa diem. Ketika Anto lengah, Eza langsung ngeliatin Anto dan menendang kakinya. Gue kaget, Dina kaget, Vina kaget, Anto kesakitan, Eza nyengir.
Dina yang mencoba bersikap keibuan langsung menggendong Eza. Ketika digendong, Eza iseng menjambak dan menarik-narik rambut Dina. Dina diem sambil kesakitan, matanya berkaca-kaca.

“Bal, kepala gue mau meledak.” Kata Anto
“Sama.”  Gue membales. “Mungkin ini rasanya jadi seorang Ayah suatu hari kelak.” Gue mencoba berkata bijak.
“Maybe.” Anto mengamini.
Di tengah – tengah percakapan, Eza teriak dengan lantang. Beberapa orang melihatnya. Kita berempat malu abis.

“Bal…” Dina ngomong ke gue dengan tampang sedih. “Gue ga kuat.”
“Inilah hidup, Din.”

Setelah sekian lama, akhirnya kita balik ke rumah Vina. Beberapa saat kemudian, Eza pulang ke habitatnya (Jawa. Tempat asalnya). Kita berempat lalu ngobrol bentar.
“Cape” gue nyeletuk.
“Sama” Dina nyeletuk. Tanda kalo dia sehati sama gue
“Jadi orang tua ga gampang yah…” gue nyeletuk lagi
“Iya banget” Anto nimbrung
“Tapi baguslah, ini jadi pengalaman lucu” Vina ngaco.
“Lucu sih iya. Tapi jangan lupa pengorbanan. Kita banyak berkorban nih buat 1 anak doang.” Bales Dina
“That’s what we’ll do when we are growing up and be a parent.”

Dan setelah itu gue, Anto, dan Dina pamit pulang. Jam menunjukkan pukul 4 sore. Gue sampai rumah dan refreshing diri.

Senin, Agustus 01, 2011

It's a history



Gue hidup sudah 16 tahun. Banyak hal yang telah gue lalui. Di setiap waktunya, gue mempelajari hal – hal yang ada di dunia ini. Mulai dari hukum 1 + 1 = 2 sampai rumus e = mc2.

Beberapa waktu lalu, gue pernah membaca buku Bread For Friends yang diberikan oleh temen gue, Marini. Buku itu memberi tahu banyak hal tentang kehidupan, tentang teori – teori yang hidup di dalam lingkaran kehidupan kita yang tak akan tahu kapan berhenti.

Menurut gue, teori kehidupan tak akan selalu dijalani, tetapi dapat selalu di renungkan dan dipahami.
Dari sekian banyak teori kehidupan, gue menemukan satu teori yang pasti. Di dunia ini ada salah satu hal yang akan selalu hidup, yaitu perubahan.

Change always happen in this world.
Ketika gue kelas 1 SMP dulu, ketika bulan puasa, gue sering sekali ber-sms-ria dengan temen gue yang bernama Arditra. Lalu seiring waktu teman bertambah dan pada puasa tahun berikutnya, gue ditemani oleh temen gue yang bernama Rosalina. Begitupun setiap tahun. Hampir setiap tahun teman cerita gue selama puasa berganti.

Dari perubahan dan waktu yang terus berjalan sampai akhir waktunya, timbullah sejarah. Sejarah adalah sesuatu yang menarik untuk diingat dan dikenang. Mengapa? Simpel aja. Karena kita tak akan mengalami hal yang sama persis seperti sebelumnya. Sejarah tak akan terulang meskipun kejadiannya sama, tetapi pasti akan ada yang berbeda. Tak akan sama persis.
Dari sejarah inilah, di dalam diri kita akan timbul rasa kangen. Dan kadang, rasa kangen dapat menyiksa.

Di satu pagi, gue sedang libur sekolah dan saat itu pembokat gue sedang sarapan sambil nonton infotainment yang gajelas. Gue pergi ke depan rumah buat ngambil koran. Tanpa sengaja, gue melihat nama Rosalina (gue lupa nama lanjutannya). Pikiran gue langsung mengingat nama Rosalina Mursyid yang dulu selalu menjadi teman cerita gue. Dan hari itu, gue bernostalgia.

Pernah pula ketika gue pulang sekolah, jam di HP menunjukkan bahwa sekarang jam 6.17. Saat itu sedang hujan dan gue sedang jalan kaki menuju terminal Baranang siang. Kemerlipan lampu dan air hujan yang turun dari awan di langit mengingatkan gue pada kenangan yang menusuk dan memaksa untuk diingat. Yeah, I’m a sentimental person.

Di akhir tahun ajaran 2011/2012, gue sedang liburan. Karena gue bosen, gue memutuskan untuk pergi ke sentul bersama temen gue dengan mobil temen gue. Selama temen gue berbelanja di Hypermart, gue memutuskan untuk lanjut menyusuri dataran sentul menggunakan mobil temen gue tentunya.
Di satu daerah dekat Hypermart, gue mematikan mesin mobil dan tiduran di kap mesin mobil yang masih hangat (seriously, enak looh).
Gue bernostalgia kembali. Mengingat kenangan bersama kelas X-8 gue di SMAN 3 Bogor, mengingat kenangan bersama kelompok belajar gue ketika SMP, mengingat tentang cinta gue yang selalu berpindah pindah dari satu manusia ke manusia lainnya, mengingat kesalahan yang gue sering lakukan, dan lainnya. Hal itu kemudia berubah saat temen gue tadi sms minta dijemput di depan Hypermart.
Bahkan ga jarang ketika gue ngepost di blog gue ini gue bernostalgia, mengigat setiap nama temen gue dari TK sampai sekarang. Vivi, Maya, Dina, Ihsan, Aldo, dll. Terlalu banyak untuk disebutkan tetapi tidak terlalu sedikit untuk diingat.
Gue berpikir, apa yang dapat gue lakukan kepada kengan yang memaksa untuk terus diingat selain mengingatnya dan menyatakan bahwa Gue ingin hal itu terjadi kembali?

Saat gue menulis cerita ini, gue pun sedang bernostalgia. Mengingat seluruh kenangan yang dapat gue ingat dan gue kenang. It’s a sweet thing to do.

Satu hal lagi yang akan gue katakan.
Marhaban Ya Ramadhan, selamat menjalani ibadah puasa bagi yang menjalankannya.
See you on the next post.

Minggu, Juni 26, 2011

Sweet moment X-8 smanti



Masa – masa kelas 10 (1 SMA) gue telah berakhir. Gue telah naik ke kelas 11 (2 SMA). Terkadang, hal yang kita tak inginkan terjadi. Just like this.
Sebenernya, gue terasa berat meninggalkan temen sekelas gue, meskipun gue mungkin bertemu di sekolah yang sama. Tetapi tugas, pergaulan, keadaan dalam kelas yang sama dan kelas yang berbeda akan menimbulkan kesan yang berbeda.

Mungkin kita ingat kejadian ketika dan mengerjakan tugas bareng satu kelompok atau ketika kita sedang bercanda dan bergurau di dalam kelas dengan temen sebangku atau sekelas kita atau mungkin ketika kita sedang suap-suapan choki-choki dengan pacar ketika pelajaran biologi di belakang kelas. An extremely history that we’ll never forget.
Kadang, ingatan – ingatan tersebut dapat menjadi sebuah “sweet things”. Ga jarang ketika gue nyetir mobil gue teringat dengan tarian yang gue lakukan di kelas dulu. It’s a nice thing to remember.

Kelas gue adalah kelas X-8 di SMAN 3 Bogor. A great class for me. A great things happened in there.
Gue inget banget ketika ada presentasi drama bahasa Inggris. Dengan kelompok masing – masing kita berdrama. An unforgetable memory that lies in my head. Ada Charell yang jadi peterpan, Satrio yang menjadi Ande – Ande Lumut, Yunus yang menjadi pohon, Mira yang menjadi klenting kuning, Widya yang menjadi snow white, Syifa yang menjadi ratu, and the other. Pokoknya, semua itu unforgetable dan uncountable.
Sweet things happen in there. Ada adegan ketika Ando (pangeran) menolong Widya (snow white) dengan adegan super so sweet, so romantic, so melodramatic abis. Ada lagi Desi (wendy) yang selalu mengikuti Charell (peterpan. Bukan. Bukan Ariel) wherever he goes. Damn all the things is a great things to remember.
Sweet moment Alriando-Widya














Kelas kita juga sempet mempelajari teknik ber-make-up-ria baik cowo maupun cewe. A great things happened in there too. Contohnya Satrio yang tadinya super duper unyu jadi super duper zombie, Gue yang berusaha jadi teroris meskipun muka emang udah kayak teroris nyasar, Miranti yang berusaha jadi tante – tante (dengan bekal muka emang sudah seperti tante – tante garing). A lot things happened in there too.

Not over yet, our class have a dance presentation. Ada yang menari tradisional, klasik, bahkan modern dance. At first, kita ngerasa kesannya hanya sedikit. But, a great change happened. Ghifari, tadinya tidak terlalu bersemangat dengan tari modernnya. Tapi setelah perubahan besar, dia jadi menyukainya. So, we’ll get seriously.
Kita mengadakan sebuah pentas dari hasil latian tari-menari kita di kelas. Beberapa hari menjelang hari H, kebersamaan kelas gue betul – betul terlihat. Selain itu, kita membuatnya menjadi film yang beralur.
Setelah filmnya jadi, a sweet memory filling my head. Gue teringat ketika kita syuting pertama di rumah widya, ketika Satrio dan Irma menjadi sinden yang membawakan acara, ketika Syifa terlalu bersemangat dalam adegan magnum-klasik, ketika photoshoot di rumah Syifa, dan terlebih ketika kita pentas di Gumati bersama kelas tercinta.

A sweet memories never lost. Pernah ketika gue sedang menyetir di Sentul, gue berhenti dan diam. Teringat kenangan – kenangan manis dan pahit di kelas gue. Bahkan gue sempet berkata dalam diri sendiri, “Apakah gue bakal sekelas lagi dengan dia?” “Apakah gue bakal belajar dengan dia lagi?”. Itu bisa menjadi sebuah adegan unyu selama ga ada orang di samping gue.

Allright, time to the end.
Thanks banget buat kelas X-8 smanti dan kawan – kawan sekelas yang telah memberikan sebuah sweet things buat gue dan kehidupan gue. Maaf banget jika gue punya salah selama ini.
Thanks one more time. Love you all, X-8 smanti.

Jumat, Juni 24, 2011

Learn the World



Gue suka banget sama yang namanya olahraga, watching movies, listening to music, playing games dan menulis. Okay, all of them is entertainment.
Hal – hal itu dapat disatukan meskipun efeknya secara tidak langsung.
Btw, kalo gue ngomong kayak gitu kerasanya gue seperti seorang dokter professional yang baru saja membedah seekor katak. Meskipun bagi sebagian itu horror.

First of all, watching movies.
Kita dapat belajar banyak hal dari sebuah film.
Akhir – akhir ini gue suka banget yang namanya nonton film Pixar dan Disney. Why? Karena beberapa film Pixar-Disney mempunyai pola Love and Laugh. For great example: Toy Story 3, Cars, The Bugs Life, Ratatouille, Up!, etc.
Ratatouille








Film – film pixar gapernah ngebuat gue berhenti berpikir. Pixar mengajarkan kita banyak hal seperti loyalty (kesetiaan), Love (cinta), Struggle (perjuangan), Humor (nyampe gatau artinya, balik ke SD. Maap buat anak SD), and the others.
And that thing mabye can be used in our great life. Kita berjuang di dalam hidup kita, mencari kesetiaan dan cinta, dan tentu saja selalu ada humor untuk membuat pikiran kita tenang.
Kita dapat belajar banyak bahkan dari hanya menonto film. Baik kartun maupun animasi sekalipun. As long as you smart enough to think about that.

Second thing, olahraga.





















Selain membuat segar bugar dan sehat, olahraga menjadi sebuah entertainment yang cukup keren.
Banyak orang tertarik pada olahragawan maupun olahragawati (ngerti kan?) baik untuk hanya sekedar mengagumi (usually called fans), tertarik untuk mengikuti dan mempelajari perjuangannya, maupun untuk dijadikan pasangan hidup.
Oya, ada satu hal lagi kenapa gue suka olahraga. Karena dengan olahraga gue dapat melihat dunia lebih baik. Biasanya, hal itu terjadi setelah gue olahraga ato pas istirahat ketika olahraga.
Biasanya ketika gue pulang ke rumah setelah bermain basket di GOR Padjadjaran Bogor, gue melewati hal – hal unik mengenai dunia. Gue melihat pedagang berjualan seenaknya karena tak sanggup membangun sebuah toko. Gue melihat supir – supir angkot yang sedang ngetem seenaknya untuk mendapatkan seorang penumpang untuk membayar setorannya. All things look different.
So, sport is good and healty.

Third things, writing.
Setelah mempelajari fakta hidup lewat film dan melihat dunia ketika olahraga, kisah tersebut dapat disatukan dan dihubungkan dengan menulis. Banyak fakta terungkap setelah menulis dari pengalaman dan pengamatan. Bahkan kita dapat mematahkan atau membuktikan sebuah teori dengan menulis sebuah fakta hidup dan pengalaman kita ketika melihat dunia.
Writing is a great thing. But not all know about this great things. Seperti yang gue lakukan ini, gue mengamati fakta hidup dari film dan melihat dunia setelah olahraga kemudian menggabungkannya dengan menulis.

The rest of them (Listening to music and playing games) mungkin hanya sekedar hiburan. Tapi jangan lengah dan tetap berpikir bahwa kita dapat belajar banyak hal dari bermain sebuah games dan mendengarkan musik.

Thanks for reading.