Selasa, Agustus 23, 2011

Taking care of a child



Gue pernah berpikir tentang merawat seorang anak. Dan apa yang gue pikirkan pernah terjadi. Sayangnya, tak berjalan dengan baik.

Tahun 2008 lalu, gue masih merupakan bocah ingusan (sekarang juga sih…) yang duduk di bangku kelas 2 SMP. Gue, Anto, dan Dina sedang berencana maen ke rumah Vina. Saat itu, gue sedang liburan sekolah. Gue berangkat jam 8 dari rumah dan sampe di rumah Vina jam 8:30. Dan ternyata gue dateng paling siang.

Ketika kita maen, Vina kedatangan tamu. Tantenya yang dari Jawa dateng berkunjung. Mereka masuk dan ngobrol dengan keluarga Vina. Saat itu gue sedang nonton dvd bertiga dengan Anto dan Dina, lalu Vina ngetok pintu kamar, masuk kamar, ngeluarin gergaji mesin dan memotong kita bertiga. Oke, itu hanya bercanda.
Ternyata pas Vina masuk ke kamar, dia bawa keponakan laki –lakinya yang masih kecil dan baru berusia 5 tahun. Namanya Eza. Yang lebih menghebohkan, anak kecil itu membawa anjing Siberian Husky yang masih kecil, ukurannya juga ga beda jauh sama anak kecil itu.
Vina cerita kalo anak itu pengen banget maen sama kita. 1 hal yang kita berempat gatau: Anak kecil itu bandel parah. Gue, Anto, dan Dina melanjutkan nonton dvd, tiba – tiba Eza diem di depan tipi dan ngeliatin kita bertiga. Setelah 10 detik ngeliatin kita, dia berbalik dan matiin tipinya dengan botol susu bayi di mulutnya.
Gue, Anto dan Dina masih diem. 2 detik kemudian, Anto berkata, “Monyet lu” kepada anak kecil itu. Vina malah cekikikan kayak orang ketawa abis keselek kulit duren.

Ga lama kemudian, Kita berlima dan satu anjing turun ke lantai bawah. Tenyata, tantenya itu mengajak kita berlima pergi ke Botani Square.
JEGER.
Gue dan Vina saling tatap menatap, Anto bengong, Dina dimakan Anjing tersebut. Oh tidak, Dina malah ngambil cemilan yang ada di ruang tamu. Antiklimaks.

Sesaat kemudian, kita berlima berada di dalam mobil Tante tersebut. Anjingnya ditinggal bersama Ibunya Vina di rumah Vina. Tante tersebut menyetir dan disebelahnya ada Anto (dia duduk di depan karena badannya paling gede. Gue, Vina, dan Dina duduk dibelakang dan Eza dipangku Vina.
Di jalan, Dina tidur, Vina kesakitan karena dia diduduki Eza, Gue kejepit di pojok kanan mobil, dan Eza maenin botol susunya. Ternyata eh ternyata, tutup botol susu itu lepas dan susunya mengenai celana Gue, Vina, dan Dina. Gue dan Vina diem nahan amarah sementara Dina masih tidur.

10 menit kemudian, kita sampai di Botani. Kita langsung menuju Solaria dan makan (yaiyalah. Mana bisa di Solaria kita nonton?).
Ga lama kemudian, Eza mulai bertingkah. Dia minta ke kamar mandi. Terpaksa gue nganterin. Di kamar mandi, dia Buang Aer Besar. 5 menit gue tungguin, dia belom selese. Akhirnya karena penasaran, gue masuk ke toilet yang dia tempati dan terpampang dia ga pake celana dan semprotan aer di tangannya. Matanya kosong, mulutnya nganga, dan secara spontan dia menyemprot gue dengan semprotan aernya itu.
“SETAAAAAAN. GUE BASAH, MONYET.”
Eza masih diem. Lalu dia gue pakein celana dan mem-flush WCnya.
Ketika gue selese pakein dia celana, dia menggenggam tangan gue dan gue dicakarnya. Gue diem, mencoba bersabar. Lalu kita balik ke Solaria, dan makan.

Setelah dari Solaria, kita berhenti di J.Co. Tantenya Vina membeli 2 lusin donat untuk dibawa pulang, sementara kita berlima duduk diam di depan J.Co. Eza keliling – keliling ga bisa diem. Ketika Anto lengah, Eza langsung ngeliatin Anto dan menendang kakinya. Gue kaget, Dina kaget, Vina kaget, Anto kesakitan, Eza nyengir.
Dina yang mencoba bersikap keibuan langsung menggendong Eza. Ketika digendong, Eza iseng menjambak dan menarik-narik rambut Dina. Dina diem sambil kesakitan, matanya berkaca-kaca.

“Bal, kepala gue mau meledak.” Kata Anto
“Sama.”  Gue membales. “Mungkin ini rasanya jadi seorang Ayah suatu hari kelak.” Gue mencoba berkata bijak.
“Maybe.” Anto mengamini.
Di tengah – tengah percakapan, Eza teriak dengan lantang. Beberapa orang melihatnya. Kita berempat malu abis.

“Bal…” Dina ngomong ke gue dengan tampang sedih. “Gue ga kuat.”
“Inilah hidup, Din.”

Setelah sekian lama, akhirnya kita balik ke rumah Vina. Beberapa saat kemudian, Eza pulang ke habitatnya (Jawa. Tempat asalnya). Kita berempat lalu ngobrol bentar.
“Cape” gue nyeletuk.
“Sama” Dina nyeletuk. Tanda kalo dia sehati sama gue
“Jadi orang tua ga gampang yah…” gue nyeletuk lagi
“Iya banget” Anto nimbrung
“Tapi baguslah, ini jadi pengalaman lucu” Vina ngaco.
“Lucu sih iya. Tapi jangan lupa pengorbanan. Kita banyak berkorban nih buat 1 anak doang.” Bales Dina
“That’s what we’ll do when we are growing up and be a parent.”

Dan setelah itu gue, Anto, dan Dina pamit pulang. Jam menunjukkan pukul 4 sore. Gue sampai rumah dan refreshing diri.

Senin, Agustus 01, 2011

It's a history



Gue hidup sudah 16 tahun. Banyak hal yang telah gue lalui. Di setiap waktunya, gue mempelajari hal – hal yang ada di dunia ini. Mulai dari hukum 1 + 1 = 2 sampai rumus e = mc2.

Beberapa waktu lalu, gue pernah membaca buku Bread For Friends yang diberikan oleh temen gue, Marini. Buku itu memberi tahu banyak hal tentang kehidupan, tentang teori – teori yang hidup di dalam lingkaran kehidupan kita yang tak akan tahu kapan berhenti.

Menurut gue, teori kehidupan tak akan selalu dijalani, tetapi dapat selalu di renungkan dan dipahami.
Dari sekian banyak teori kehidupan, gue menemukan satu teori yang pasti. Di dunia ini ada salah satu hal yang akan selalu hidup, yaitu perubahan.

Change always happen in this world.
Ketika gue kelas 1 SMP dulu, ketika bulan puasa, gue sering sekali ber-sms-ria dengan temen gue yang bernama Arditra. Lalu seiring waktu teman bertambah dan pada puasa tahun berikutnya, gue ditemani oleh temen gue yang bernama Rosalina. Begitupun setiap tahun. Hampir setiap tahun teman cerita gue selama puasa berganti.

Dari perubahan dan waktu yang terus berjalan sampai akhir waktunya, timbullah sejarah. Sejarah adalah sesuatu yang menarik untuk diingat dan dikenang. Mengapa? Simpel aja. Karena kita tak akan mengalami hal yang sama persis seperti sebelumnya. Sejarah tak akan terulang meskipun kejadiannya sama, tetapi pasti akan ada yang berbeda. Tak akan sama persis.
Dari sejarah inilah, di dalam diri kita akan timbul rasa kangen. Dan kadang, rasa kangen dapat menyiksa.

Di satu pagi, gue sedang libur sekolah dan saat itu pembokat gue sedang sarapan sambil nonton infotainment yang gajelas. Gue pergi ke depan rumah buat ngambil koran. Tanpa sengaja, gue melihat nama Rosalina (gue lupa nama lanjutannya). Pikiran gue langsung mengingat nama Rosalina Mursyid yang dulu selalu menjadi teman cerita gue. Dan hari itu, gue bernostalgia.

Pernah pula ketika gue pulang sekolah, jam di HP menunjukkan bahwa sekarang jam 6.17. Saat itu sedang hujan dan gue sedang jalan kaki menuju terminal Baranang siang. Kemerlipan lampu dan air hujan yang turun dari awan di langit mengingatkan gue pada kenangan yang menusuk dan memaksa untuk diingat. Yeah, I’m a sentimental person.

Di akhir tahun ajaran 2011/2012, gue sedang liburan. Karena gue bosen, gue memutuskan untuk pergi ke sentul bersama temen gue dengan mobil temen gue. Selama temen gue berbelanja di Hypermart, gue memutuskan untuk lanjut menyusuri dataran sentul menggunakan mobil temen gue tentunya.
Di satu daerah dekat Hypermart, gue mematikan mesin mobil dan tiduran di kap mesin mobil yang masih hangat (seriously, enak looh).
Gue bernostalgia kembali. Mengingat kenangan bersama kelas X-8 gue di SMAN 3 Bogor, mengingat kenangan bersama kelompok belajar gue ketika SMP, mengingat tentang cinta gue yang selalu berpindah pindah dari satu manusia ke manusia lainnya, mengingat kesalahan yang gue sering lakukan, dan lainnya. Hal itu kemudia berubah saat temen gue tadi sms minta dijemput di depan Hypermart.
Bahkan ga jarang ketika gue ngepost di blog gue ini gue bernostalgia, mengigat setiap nama temen gue dari TK sampai sekarang. Vivi, Maya, Dina, Ihsan, Aldo, dll. Terlalu banyak untuk disebutkan tetapi tidak terlalu sedikit untuk diingat.
Gue berpikir, apa yang dapat gue lakukan kepada kengan yang memaksa untuk terus diingat selain mengingatnya dan menyatakan bahwa Gue ingin hal itu terjadi kembali?

Saat gue menulis cerita ini, gue pun sedang bernostalgia. Mengingat seluruh kenangan yang dapat gue ingat dan gue kenang. It’s a sweet thing to do.

Satu hal lagi yang akan gue katakan.
Marhaban Ya Ramadhan, selamat menjalani ibadah puasa bagi yang menjalankannya.
See you on the next post.