Jumat, Desember 09, 2011

New Guy



Di satu hari ketika gue sedang menduduki bangku kelas 10, gue punya temen baru. Kebetulan kita kenal karena dia tetangga barunya temen gue, Anto. Dia anaknya tinggi, kurus, pake kacamata, ganteng, rambutnya ikal yang kalo panjang jadi ngegembung kayak balon. Namanya Reni.
Belakangan ini, gue menyadari ada hal yang unik dari dia.

Di hari gue kenalan sama dia, gue lagi maen sama Anto, Rizal, Vanya, dan Christie. Kebetulan, itu juga pertama kali dia ketemu dengan Vanya. Ketika salaman dengan Vanya, dia diem. Ga ngedip, ga nengok kanan kiri. Dia fokus kepada Vanya.
 5 menit kemudian, dia nyamperin gue dan ngomong singkat.
                “Gue suka Vanya.”
Gue diem. Gue bingung. Baru 5 menit dia ketemu dan ngeliatin Vanya. Trus dia udah curhat kalau dia suka sama Vanya ke gue yang kebetulan baru kenal juga. Akhirnya gue cerita hal ini ke Anto yang udah semingguan bertetangga dengan dia. Anto cerita kalo dia emang unik.

1 minggu berlalu, dan gue maen lagi dengan Reni.
Hari itu, kita niatnya ke Botani square. Gue yang emang pulang sekolah, langsung aja pergi ke Botani Square sementara Anto, Christie, Reni, dan Vanya naek mobil dari rumah Anto.
Ternyata Reni bener – bener polos. Dia gapernah liat XXI, IT center, Bread Talk, dan D’Crepes. Di IT Center, dia pergi ke BB center dan mesen 1 hp. Gue malu abis karena dia emang unik, polos, dan norak banget. Untungnya Anto bisa mengambil alih keadaan.

Balik ke mobil. Anto yang nyetir, Christie di depan nemenin Anto, sementara gue, Vanya dan Reni di belakang. Ditemani lagu Coldplay – In my place dari radio mobil Anto yang kebetulan kesukaan Christie, kita berlima pulang.
Gue duduk di pinggir kiri, Vanya di tengah, dan Reni di pinggir kanan. Ketika suasana hening, Reni membuka mulutnya dan berkata singkat, tapi bermakna.
                “Gue suka Vanya.”
Kata yang pernah gue denger itu keluar lagi dan dari orang yang sama. Bedanya, kali ini suaranya lebih keras dan lebih terdengar.
Gue diem, Christie diem, Anto diem, dan Vanya sendiri terdiam. Kita heran, kaget, dan speechless. Reni masih terlihat santai sambil nyender di jok mobil. Akhirnya kita speechless sepanjang jalan.

3 hari setelah kejadian itu, kita dapet berita penting kalo Reni lagi dirawat di rumah sakit karena paru – paru basah. Gue, Christie, Anto, Rizal, dan Vanya menjenguk Reni. Akhirnya ibunya ngejelasin kalo dia emang cacat secara mental. Gue memaklumi. Manusia tidak diciptakan untuk menjadi manusia yang benar – benar sempurna.
Setelah berdiskusi sekian lama, kita berlima pulang. Vanya yang biasanya cerewet setengah mampus dan jaim sekarang speechless cengo. Selidik demi selidik, dia masih shock.

In the end, gue berkata kepada diri sendiri. Manusia tidaklah diciptakan untuk menjadi manusia sempurna. Melainkan manusia yang hampir sempurna. Setiap manusia diciptakan dengan kekurangannya masing – masing. Dan itulah kenapa kita diciptakan untuk menghargai, mensyukuri, dan berterimakasih atas segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar