Kamis, Desember 01, 2011

In the Middle of the Rain



One time, gue sedang berada di J.co Botani Square, Bogor. Gue ditemani oleh 3 orang teman. Namanya Christie, Rizal, dan Vanya. Merekalah yang mentraktir gue donat dan kopi. Setelah 15 menit berada di sana, Rizal diajakin pacarnya pergi dan Christie harus pulang. Tersisalah gue dan Vanya.

Sebelum gue lanjut cerita, gue mau gambarin sedikit tentang Vanya.

Vanya itu tipikal manusia yang care, unyu, baik, dan suka mentraktir. Dia juga talkative dan jaim (jaga image). Sekarang dia kerja di sebuah Event Organizer. Di cerita ini, dia lagi ngambil cuti.
Dia manusia yang tinggi dan berbadan sedang (mean, ga kurus ataupun gendut). Rambutnya hitam legam sebahu. Suka banget sama Phil Collins, The Carpenters, Coldplay, dan Bruno Mars.
Baju T-shirt putih, cardigan warna gelap, jeans, dan sepatu kets putih adalah ciri khas pakaian Vanya. Kalo misalnya dia ga make sepatu, pasti bete berat. Makanya dia punya lebih dari 10 pasang sepatu kets.

Back to story.
Di J.Co, gue ditinggal berdua dengan Vanya. Mungkin kalo sutradara lewat, dia bakal ngambil kita berdua buat casting Beauty and The Beast. Mungkin kalo sutradara yang Indonesia tulen bakal bikin cerita Agnes monica and Hanoman.
Kita ngobrol banyak banget. Dari mulai kehidupan dia, kehidupan gue, coklat, makanan, sampe berat badan. Dia juga cerita kalo dia punya temen arab yang mirip kayak gue. Dia cerita kalo orang itu ngebuat dia kangen sama gue.
Setengah jam kita ngobrol tapi ujan tetep belom reda. Sick of waiting, kita ngider keliling Botani. First, kita ke XXI. Pas udah nyampe XXI, gue baru nyadar kalo udah jam 5 sore. Akhirnya kita ke Giant. Belanja.

Puas dengan berbelanja, kita pulang. Dan hujan tak menandakan bahwa ia sudah reda. Masih hujan deras. Akhirnya kita menerobos hujan yang mengguyur. Kita berdua masuk ke mobil Vanya, dan go home.
Sampai di tol, Vanya bingung karena jarak pandang pendek banget. Akhirnya kita ke rest area sentul untuk istirahat.

Vanya pernah cerita ke gue tentang hubungan dia dengan seseorang bernama Adam. Seperti ini, suasana sedang hujan deras, sedang di mobil dan beristirahat di rest area sentul. Kebetulan, tempat parkir yang sama.
Saat itu, Vanya sedang memperhatikan seorang Adam yang tengah bersandar di jok dan tidur. Vanya tak bisa berhenti tersenyum saat itu. Vanya tak bisa melepaskan pandangannya dari Adam. Entah sudah berapa kali dia bilang kepada dirinya sendiri kalo dia begitu beruntung berada di mobil itu.
Hubungan Adam dan Vanya hanya bertahan 2 minggu karena Adam merasa bosan dengan Vanya. Vanya hanya bisa merelakan Adam dan pergi meninggalkannya.

Seperti saat ini, Vanya sedang bersandar dan menutup matanya seperti yang dilakukan Adam dulu sementara gue asik dengan iPod gue. Sesekali gue melihat Vanya, ia tersenyum manis. Harus gue akui kalo dia senyum emang manis banget.
Di dalam pikirannya gue tau kalo dia emang lagi remembering about Adam. Tapi dia ga cerita ke gue. Cuma ngeliatin hujan yang masih deras di kaca mobilnya.

After a long time in rest area, kita pergi karena hujan emang udah sedikit reda dan jarak pandang sudah dalam jangkauan normal Vanya.

Vanya juga pernah cerita kalo yang namanya cinta itu susah banget buat dilupakan. Seperti saat ini. Kebetulan di saat yang sama. Hujan, rest area, tempat parkir yang sama. A great déjà vu. Perjuangan melawan kenangan manis yang memaksa untuk diingat kembali emang merupakan masa kritis.
Bahkan sampai saat ini, Vanya tak bisa melepaskan 100% ingatan tentang Adam di pikirannya. Dan begitu juga gue yang tak bisa melepaskan kenangan manis dengan orang yang gue suka setengah mampus.
“Great love always exist in our life.” – Vanya Rena Pratiwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar