Kamis, Oktober 13, 2011

First Love Part. 2



Setelah dikekang 1 tahun berpisah kelas di kelas 8 (2 SMP). Gue dan Andine dipertemukan kembali di kelas 9 (3 SMP). Di kelas 9 ini, penghuni kelas dikembalikan layaknya kelas 1 dahulu. Dan saat itu, ada beberapa best moment.

First, saat beberapa minggu setelah masuk sekolah, datanglah bulan Ramadhan. At the time, beberapa anak kelas termasuk Andine mengadakan nonton bareng dan gue ikut. Saat itu merupakan salah satu saat paling “wow” karena gue bisa kumpul bareng temen, dan tentu saja Andine.
Ketika pulang, suasana gelap. Hanya kerlipan bintang dan lampu – lampu di sepanjang jalan menghiasi suasana kota Bogor. Gue dan anak – anak lainnya berpulang ke rumah masing – masing. Kebetulan, gue dan Andine searah. Biarpun sebentar, paling tidak gue bisa melihat wajahnya yang cerah.

Second, saat ingin melaksanakan UN. Di saat – saat itu, beberapa anak angkatan gue membentuk sebuah grup belajar. Dan gue termasuk orang yang membuat grup belajar. Di tengah – tengah kesibukan kita, Andine ikut dengan grup belajar yang gue ikuti. Semangat gue berkoar. Hasilnya memuaskan pada saat UN.

Last, the end of the Junior High School. Di saat perpisahan, gue tidak merasa asing. Dan satu hal, menjadi fotografer sangatlah menyenangkan. You got respect a lot. I feel happy karena menghabiskan satu hari di Bandung dan selama perjalanan, gue bertemu dia. FYI, di satu album itu, foto paling banyak adalah foto dia.

Setelah itu, semua berlalu…
Saat ini, 2 tahun setelah gue berpisah dari SMP, setelah menyimpan ribuan kenangan indah dengannya, I still can’t let her go from my mind.
She’s my biggest love.

Rabu, Oktober 12, 2011

First Love Part. 1



Di setiap perjalanan, pasti ada tujuan, proses, dan akhir.
Sekarang, gue bakal cerita tentang perjalanan. Tapi ini bukan perjalanan mudik, pulang kampung, ato mungkin gue mau pergi ke mall. Bukan. It is a travel about love.

Saat kelas 1 SMP dulu, gue punya temen bernama Andine Notonegoro. Dia satu kelas dengan gue. Ketika pertama kali tahu, gue merasa dia hanyalah perempuan biasa seperti yang lainnya. Lama kelamaan, hal itu berubah. Change happened. Seiring waktu, gue mulai memperhatikan dia secara perlahan dan akhirnya gue menyadarinya. Dia merupakan anak yang cantik, baik, dan pintar pula. She better than what did I know.
Secara fisik, gue dan Andine kebanting abis. Jangan tanya, pokoke kebanting abis. Gue dan dia diibaratkan burung kasuari dan tikus tanah. Ini menjadi salah satu penghalang kesuksesan gue.

Di satu hari, ada pelajaran tata boga. Yak, itu pelajaran masak memasak. Dengan skill memasak gue, gue bisa meledakkan satu sekolah dengan hanya hitungan detik. Hari itu, kita membuat sebuah kue dari coklat yang dilelehkan.
Saat itu, gue memegang sebuah coklat putih. Andine dan temen – temen satu kelompoknya sedang berkumpul dan bercanda. Beberapa detik kemudian, Andine lewat di depan gue.
“Bal, gue minta coklatnya dong.” Andine nyeletuk
“Hah? Oh… Bentar, gue tanya dulu temen gue. Takutnya masih butuh.” Gue membalas.
“Oh, oke… Gapapa kok.”
Sebetulnya gue ngomong dengan penuh keasalan. Pas gue liatin kelompok gue, mereka lagi pada makan. Coklat di kelompok gue emang kelebihan, jadi banyak dimintain. Akhirnya gue mengumpulkan keberanian dan memberikan sisa coklat itu kepada Andine. Saat itu, gue nyengir ga karuan karena seneng. Gue ngerasa lebih pede.

Di pertengahan bulan puasa, Gue, Gendro, Indri, Andine, Syifa, dan Prima mengadakan buka bareng. Saat itu, yang telat cuma Gendro. First, kita janjian di Hero jalan padjajaran dulu (sekarang menjadi giant), lalu baru pergi menuju tempat makan tersebut.
Hari itu gue bersyukur banget bisa buka bareng sama dia. Itu pertama kalinya gue mengadakan acara sendiri tanpa ditemani orang tua. Betul aja, gue ngerasa seneng banget karena bisa jalan bareng sama dia.

One day, gue menemukan sebuah trend baru. Yaitu friendster. Yak, itu emang dulu banget. Gue juga masih bocah ingusan dan belom ngerti apa – apa. Karena sulitnya akses internet di rumah gue, gue masih gatau cara bikin friendster dan ga ngerti apa – apa tentang friendster.
Akhirnya gue bertanya sama Andine tentang friendster. Setelah menjelaskan, gue meminta dia untuk membuatkan gue sebuah akun friendster dengan e-mail yang gue punya saat itu.
Ternyata Andine antusias banget dan membuatkan gue sebuah akun. And it happened. Gue senyum seharian. Hal yang membuat gue takut: Dikira orang gila karena senyum terus. Sayang, karena keterbatasan akses internet, gue ga bisa membukanya.
Setelah sekian lama, gue akhirnya memutuskan untuk membuat akun friendster baru. Dengan bantuan Andine, semuanya jadi jelas dan lancar. Dan dia adalah temen pertama gue dan orang yang memberikan comment pertama.

Ketika awal kelas 2 SMP, gue dan dia tidak sedekat kelas 1 dulu. Kita sibuk dengan kelas baru kita. And then, life go on.
We’re  moving and keep moving by our own step. Walk by our own feet and sleep with our own dream and not for each other.

Senin, Oktober 03, 2011

Learn to Lead. Learn to Live Together. Part. 2



A new day come.
Di malam yang cerah sekitar jam 1 pagi, kita dibangunkan dengan paksa dan ribut. Sebenarnya, 15 menit sebelum mereka membuat ribut barak, gue udah bangun. So, I’m prepared.
Di bawah kerlipan bintang dan langit yang gelap, kita kumpul di lapangan. Persiapan untuk Jurit Malem. Just like tafakur alam. Karena kelompok gue kelompok terakhir, and it is. We’re last.
Sambil menunggu giliran, gue menghangatkan diri karena hawanya dingin sejuk dan berangin. Satu hal yang pasti, bintang terlihat lebih jelas, lebih banyak, dan lebih indah daripada biasanya. Inilah keanehan gue. Sempet – sempetnya galau di saat – saat genting (bukan genting rumah).
Setelah sekian lama, giliran kita maju.

Jurit malem. Post 1: Kita belajar tentang etika kepemimpinan. Disitu ada gue yang kelaperan dan galau. (kayaknya ga penting amat yah) Ketika di post ini, kita disuruh makan jahe dari kalung empeng kita.
Jurit malem. Post 2: Kita belajar tentang keberanian yang didasari oleh pikiran. So, don’t be to rush for something. Disitu kita harus mencari korek yang berada di lemari di sebuah gubuk yang gelap tanpa pencahayaan. Raysa memberanikan diri untuk turun, akhirnya dia ga jadi karena desakan kelompok. Disitu pula, kita diberi makan pete.
Jurit malem. Post 3: Kita belajar tentang kepempinan yang didasari ketuhanan. God we save karena nothing happen too much. Kita cuma disuruh makan bawang setengah siung.
Jurit malem. Post 4: Post yang paling tegang karena kita dituntut solidaritas yang bener – bener klop. Salah sedikit, panjang ceritanya. And, kita disuruh makan pare. AGAIN. Kyaaaaaa.
Jurit malem. Post 5: Post ini adalah post terakhir. Kita dituntut untuk menjalani OSIS dan MPK dengan benar. God we save again karena ga disuruh makan apapun.

Setelah jurit malem, saatnya shalat shubuh. And after that, campfire post. Relaxation. Finally. I can breathe just like normal man again. Beruntung banget di post – post tegang tadi penyakit jantung, ginjal, maag, dan sinus gue ga ada yang kambuh. Phew. Paling tidak, saat jurit malem, suasananya enak banget. Dingin sejuk, indah, alamnya bagus banget.
Di post api unggun, kita melakukan pendinginan (meskipun api unggun itu panas). Kita semua berkumpul mengitari api unggun, dan mengakhiri semua kegiatan tegang tadi.


Bangga menjadi yang paling tinggi.















Ada juga sesi curhat yang mana post paling serem dan baik, dan mana kakak yang paking baik. Karena ga ditanya, mari gue beberkan di post ini.
Post paling baik: Post 3 dan 5.
Post paling serem: Post 4.
Kaka paling baek: Teh Rinda
Kaka paling serem: A mangap (jujur, gue gatau namanya tapi sebutannya a mangap).

Di saat pendinginan, ada teh Sarah yang rupanya sedang berulang tahun. Happy birthday teh Sarah Carerra. Best wishes for you.
Kado dari Azrina: Bawang




















Tak ada lilin, api unggun pun jadi






















Done with campfire, kita kembali ke barak buat sarapan. This is the breakfast: Super bubur tawar + Sun bubur bayi + kacang ijo yang diduga setengah mateng. Damn it’s better than before.
Setelah sarapan, menjadi penampakan dibalik subjek foto ini.






















Setelah sarapan, kita ada games. A lot of games.
Foto ketika jalan menuju tempat games. Pemandangannya Indah. Can you find me?

Berenang. Gue di belakang dengan tampang yang gapernah ganteng










 
























Galau and pose in the middle of mud






















After games, kita disuruh nyari baju LDK OSIS MPK yang disembunyikan. Gue dan Dan Sulaiman ga bisa nemu karena tempatnya entah dimana. Tapi akhirnya Teh Ebet memberikan bajunya ke gue dan Dan. Thanks to Teh Ebetos. Oya, Andhiki dan Ghasani tidak bisa menemukan baju mereka. It a sign.
Siapakah dibalik baju ini?





















Setelah itu, kita kembali ke barak untuk persiapan pulang. Andhiki dan Ghasani masih galau tentang baju, dan Ghasani menderita tegang otot.
You must be Strong, Ghasani. Keep spirited



















Before going home, ada sedikit upacara penutupan dan pelantikan Andhiki dan Ghasani sebagai Ketua MPK dan Ketua OSIS. Congratulation for both of you.
Duo Ketua





















And this is the end of this post and the end of the great journey.
A great experience. Once in my life.
The End. Photo together. Can you find me?

Learn to Lead. Learn to Live Together. Part. 1



What do you know about leading?
Make the other people follow behind you so that you can order you followers without limit? No. Not that. Leading is not just to order your followers. It takes more than that.
One more thing. Bagi yang tidak mengerti, bukalah google translate ato kamus.

Okay, tanggal 24 September 2011 kemaren, gue ada acara LDK dari sekolah gue untuk calon OSIS dan MPK. Dan inilah inti cerita gue.

Jauh sebelum LDK. Kira kira 604.800 detik sebelum LDK, kita melakukan persiapan sebelum LDK. Gue dapet kelompok yang “lumayan”. Gue masuk di kelompok 10 and here it is:

Andhiki: Calon ketua MPK yang berhasil menjadi ketua MPK. Entah karena emang bagus ato karena asal milih.
Raysa: A cheerleader girl. Anak OSIS yang udah lebih dulu menjadi OSIS sebelom gue.
Farah: Entah anak siapa dan jenis apa. Dia adalah biggest girl di kelompok gue.
Asri: Anak kelas 10 (1 SMA). Newbie. Entah OSIS or MPK
Amira: Anak kelas 10 yang merupakan korban sinetron dengan nama orang sinetron. Cheerleader girl, anak Padma (Theatre), dan MPK.
Risa: Merpati putih girl. Sering dimirip – miripin sama limbad. MPK girl.
Fajrin: Newbie boy, MPK, dan basketball boy. Dia masuk SMAN 3 karena Jalur prestasi basket.
Iqbal: Ini adalah gue. Anak paling ganteng dikalangan makhluk – makhluk di Ragunan. Sering dimirip – miripin sama jempol kaki Bruno Mars.

That’s it.

Next, nama kelompok gue adalah Ban-Ki-Moon. Dia adalah korean yang menjadi Sekjen PBB. Mungkin dialah penyebab maraknya korean pop.
Ban Ki Moon. Sekjen PBB. Korean Boy









Di masa menjelang LDK, segalanya terlihat begitu riweuh. Tugas yang diberikan pada H-2, measalah keuangan, masalah sekolah, masalah muka gue yang ga pernah ganteng, dll. Dan puncaknya adalah saat H-1. Itu adalah pengorbanan terbesar gue dimana flashdisk, charger laptop, duit, tenaga, dan muka ganteng gue hilang.

Hari H dateng. Jam 4 pagi gue bangun, mandi, makan, minum, shalat, prepare, dan pergi. Di jalan, gue baru nyadar kalo charger laptop ga ada di rumah. Bokap gue yang tau akan hal itu langsung ngambek. Setelah sampe sekolah kira – kira jam setengah 6, gue langsung mencari OB karena kunci kelas ada di mereka. Hasilnya: Nihil.
Kemarahan bokap tak kunjung mereda. Bahkan, di satu waktu nyokap gue jadi korban. Disitu gue merinding kebingungan. Gue memutar otak buat mengembalikan charger laptop.
Setelah sekian lama, OB datang dan gue menemukan charger laptop. One problem solved. Time to focus on LDK.

At LDK. First, kita ke Gunung Bunder naek truk militer. When arrive, truk dipukuli entah dengan bambu, besi ato mungkin kepala mereka sendiri. Pokoke, berisik. Then, kita semua disuruh jalan jongkok menuju lapangan. And then, LDK begin.

Setelah menuju barak, kita makan, istirahat, and have fun. Setelah itu, ada tafakur alam. Karena gue kelompok 10, jadi kita kebagian yang paling akhir.
Amira yang sedang ngasih lilin dan gue diem dengan muka yang ga pernah ganteng











Tafakur alam. Post 1: We learn about communication. Communication is the most important thing in organization. Setelah diberi amanat untuk disampaikan ke pos 3, we go to post 2.
Tafakur alam. Post 2: We learn about honesty, and leadership. After that, kita dapet sebuah “amanat” untuk “menyanyi”. Gue udah berpikir ga enak karena gue rasa ini lagu yang ga bener. Ketika gue pengen interupsi, kita udah disuruh jalan duluan. Too late.
Tafakur alam. Post 3: We learn about instruction. We must choose between good instruction and bad instruction. Okay, di post ini gue disuruh makan pare dimana pare yg gue makan nyangkut di tenggorokan. Damn it’s crazy. Pahit, gede, dan nyangkut di tenggorokan. Rasanya seperti diputusin pacar. Tawa yang meledak terjadi di pos ini. Dan itu karena ekspresi gue. Ouch.
Tafakur alam. Post 4: We learn about finance. Nothing happens a lot in this post. Kita cuma dikasih tahu mentah sama pare sedikit.
Tafakur alam. Post 5: We learn about Work Program. Yah, it’s happen just like that. Gue bingung karena kita rembukan hanya 1 menit dan karena gue merupakan newbie, gue cuma bisa nurut aja.

And tafakur alam is done.

Malemnya, kita ada pengajian, “makan” dan curhat sedikit. Ketika sesi curhat, Azrina, Velda, dan Ghasani merupakan orang paling ribut yang kagetan. Sick. After that, kita tidur... End of this day.