Senin, April 25, 2011

Sky and Dream



Gua mempunyai teman.
Gua juga bingung. Apakah dia emang benar – benar ingin berteman dengan gua atau dia Cuma bercanda. Yang pasti kayaknya dia ga bercanda.

Ketika itu, gua sedang bermain basket di lapangan basket. Sebetulnya itu adalah kata – kata tak lazim atau tak efektif karena semua orang tahu bahwa kita bermain basket di lapangan basket, bukan di kamar atau di kelas. 1 hal yang pasti, gua bingung kenapa gua membicarakan hal ini.

Dia iri dengan gua dan teman – teman gua yang “bisa” bermain basket. Dia bilang, “Gue ngiri sama lu semua. Gue suka bermain basket, tapi ga pernah bisa. Gua ga akan bisa kayak lu semua.”
Dalam hati gua (Iya, gua punya hati), gua berpikir bahwa orang ini sangatlah pesimis dengan hidupnya.

Kita lahir dari nol, lalu berkembang menjadi sebuah pahlawan. Bahasa gaulnya From Zero, to Hero. Kehidupan kita ibaratnya sebuah tanaman. Ditanamkan bibit, diberi nutrisi, berkembang, lalu mati. We born from zero, grow up to be a hero, and at the end of our life we get back to zero.
Orang mungkin sampai sekarang masih bertanya tujuan hidup mereka. Ketika gua mencari hal ini di Internet, gua malah menemukan video dimana ketika suatu fans berat sebuah artis bertemu artis idolanya lalu berteriak dengan lantang “INILAH TUJUAN HIDUP SAYA…” dengan nada oktaf 9 lalu pingsan. Mengenaskan abis.

Secara normal, manusia hidup dengan 2 tujuan. Yang pertama, mencapai cita – cita mereka yang tak terukur tingginya. Yang kedua, untuk meraih kebahagiaan di dalam akhirat dengan cara beribadah kepada Tuhan ketika mereka masih diberi jiwa.

Yang sampai sekarang membuat orang bertanya mungkin terletak pada point pertama. Apa cita – cita mereka?
Hampir setiap orang mempunyai cita – cita yang berbeda. Contohnya, kita punya 2 orang. Yang satu bercita – cita pemain gitar, yang satu lagi bercita – cita dimainkan gitar.
Cita – cita dapat digapai dengan semangkuk harapan yang diaduk oleh jerih payah dan usaha. Hasilnya ada 2. Tercapai, atau tidak tercapai. Berbeda dengan orang yang hanya menggantungkan harapan tanpa usaha. Hasilnya hanya 1, tidak tercapai.

Satu hal lagi, biasanya orang bilang kita harus maju ke dapan. Bagi gua, sekarang bukan zamannya maju ke depan, tetapi terbang ke atas. Mencapai langit yang harusnya bisa kita gapai meskipun mustahil bagi manusia untuk terbang.

Thanks for reading.
Do not forget to fly (dalam arti bukan mabok) to touch the sky.
Sebenernya langit itu seperti iPhone 4. Touch screen.

Thanks again.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar